Oleh : Ahmad Yani, S.Sos, M.Si (Auditor Muda – Inspektorat Provinsi Banten)
Gagasan moratorium pertambangan selama 25 tahun bukan sekadar wacana moral atau reaksi emosional atas kerusakan alam. Ia adalah kebijakan strategis jangka panjang yang harus dibaca dengan kerangka perencanaan negara: Output, Outcome, Benefit, dan Impact.
Dengan pendekatan ini, moratorium tambang justru dapat menjadi fondasi kuat bagi lahirnya Indonesia yang lebih berdaulat, berkelanjutan, dan berkeadilan.
OUTPUT
Moratorium tambang akan menghasilkan sejumlah output konkret dan terukur, antara lain:
1. Penghentian sementara aktivitas tambang skala besar
2. Mengurangi laju deforestasi, degradasi lahan, dan pencemaran air secara signifikan.
3. Pemetaan ulang kawasan hutan dan wilayah tambang
4. Negara memiliki data ekologis dan spasial yang valid sebagai dasar kebijakan masa depan.
5. Program rehabilitasi dan reboisasi nasional
6. Hutan lindung, daerah aliran sungai (DAS), dan kawasan pesisir mulai dipulihkan secara sistematis.
7. Audit total perizinan dan kontrak pertambangan
8. Mengakhiri praktik izin bermasalah, tumpang tindih, dan merugikan negara.
9. Penataan ulang tata kelola SDA
10. Regulasi baru yang lebih ketat, transparan, dan berpihak pada kepentingan nasional.
OUTCOME (Perubahan Kondisi dalam Jangka Menengah)
1. Menurunnya risiko bencana ekologis
2. Banjir, longsor, kekeringan, dan pencemaran lingkungan dapat ditekan secara nyata.
3. Membaiknya kualitas lingkungan hidup
4. Air bersih, tanah produktif, dan udara sehat kembali tersedia bagi masyarakat.
5. Stabilitas sosial di wilayah bekas tambang
6. Konflik horizontal, kriminalisasi masyarakat adat, dan ketimpangan sosial berkurang.
7. Meningkatnya kepercayaan publik kepada negara
8. Negara hadir sebagai pelindung rakyat dan alam, bukan sekadar fasilitator eksploitasi.
9. Arah pembangunan nasional menjadi lebih berkelanjutan
10. Ekonomi tidak lagi bergantung pada ekstraksi semata, tetapi pada nilai tambah dan inovasi.
BENEFIT (Manfaat Langsung bagi Negara dan Rakyat)
A. Bagi Negara:
1. danya penghematan besar biaya penanggulangan bencana dan pemulihan lingkungan
2. Penguatan kedaulatan atas SDA
3. Perbaikan posisi tawar Indonesia dalam kerja sama internasional
B. Bagi Masyarakat:
1. Lingkungan hidup yang lebih aman dan sehat
2. Terbukanya lapangan kerja baru di sektor rehabilitasi, kehutanan, pertanian, dan ekonomi hijau
3. Perlindungan hak masyarakat adat dan lokal
C. Bagi Generasi Muda:
1. Akses terhadap sumber daya alam yang masih utuh
2. Masa depan ekonomi yang tidak rapuh oleh krisis ekologis
IMPACT ( Dampak Jangka Panjang bagi Peradaban Bangsa
Inilah tujuan tertinggi dari moratorium tambang)
1. Terjaganya keberlanjutan ekosistem Indonesia
2. Hutan, sungai, laut, dan tanah menjadi penopang kehidupan jangka panjang.
3. Berakhirnya pola “penjajahan gaya baru”
4. Indonesia tidak lagi sekadar pemasok bahan mentah murah bagi industri global.
5. Terbangunnya ekonomi nasional yang mandiri dan berkeadilan
6. Berbasis nilai tambah, teknologi, dan kearifan lokal.
7. Menurunnya risiko kehancuran nasional akibat krisis lingkungan
8. Negara lebih tahan terhadap krisis iklim dan gejolak global.
9. Warisan luhur bagi generasi mendatang bukan utang ekologis, melainkan alam yang layak huni dan berdaulat.
Moratorium sebagai Investasi Peradaban
Moratorium tambang 25 tahun bukan kerugian, melainkan investasi peradaban. Ia menunda keuntungan sesaat demi keselamatan jangka panjang bangsa. Negara yang besar bukanlah negara yang paling cepat menguras kekayaan alamnya, melainkan negara yang paling bijak menjaganya.
Jika hari ini kita berani berhenti sejenak, maka esok Indonesia dapat melangkah lebih jauh—dengan alam yang pulih, rakyat yang terlindungi, dan kedaulatan yang utuh.
Semoga Indonesia Jaya..
